Selamat datang di el-Insyaet Online

Eksistensi Dunia Tulis Perlu Regenerasi

Jumat, 07 Juni 20130 komentar

el-Insyaet Online - Berlatar belakang kegelisahan insan media di TBS akan perlunya penerus yang cakap untuk melanjutkan dunia tulis menulis, maka terselenggaralah Latihan Dasar Jurnalistik (LDJ) yang kali ini memasuki periode ke-16.
 


Kejayaan Islam dalam dunia tulis menulis dan pengetahuan yang pernah diraih pada masa Abbasyiah dengan pesatnya pengetahuan umum dan agama, dewasa ini ingin diulang kembali pada era modernisasi dan globalisasi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala MA NU TBS Kudus, H. Musthafa Imron, S.HI, pada sambutannya saat pembukaan LDJ di gedung utara MA NU TBS Kudus, bahwa disamping umat Islam harus membaca, umat Islam juga dituntut untuk pandai menulis sehingga ilmu dan informasi yang diperoleh tidak hanya tersimpan di otak, tapi juga dapat dipahami oleh orang lain lewat tulisan yang baik. Ungkapan ini selaras dengan ayat Al Quran yang pertama diturunkan. Yaitu iqro’, bacalah. Yang mengisyaratkan umat Islam harus belajar, antara lain lewat membaca. Tanpa adanya bacaan, maka proses belajar tidak berjalan dengan mudah. Pernyataan lain juga dilontarkan oleh seorang sastrawan Indonesia, bahwa orang Indonesia itu rabun membaca dan pincang menulis. Menanggapi tuntutan masalah seperti ini. Madrasah TBS lewat PP – IPNU TBS mengadakan LDJ, yang periode ini menugaskan Mohamad Abdurro’uf sebagai Ketua Umum.

LDJ merupakan salah satu program kerja tahunan yang berhasil menyita banyak perhatian siswa TBS, terbukti dengan banyaknya siswa yang mendaftar dan hadir pada acara yang diselenggarakan mulai tanggal 19 sampai 21 Desember 2011M. Diluar dugaan, peserta yang hadir kali ini lebih banyak dibanding periode yang lalu. Ini membuktikan bahwa semangat menulis siswa TBS memang besar.

Acara yang dimulai pada hari senin ini, mendatangkan berbagai narasumber. Mulai dari jurnalis senior, redaktur sastra, penulis media yang sudah berpengalaman dan para alumni TBS yang memiliki andil besar di berbagai media. Hari pertama pelatihan berlalu dengan materi yang ditanggapi oleh kekritisan peserta yang memang butuh ilmu yang disampaikan narasumber.

Tak puas hanya dengan materi saja. Para peserta juga diberi tugas untuk praktek langsung membuat suatu media berupa buletin bayangan untuk satu kelompok. Dan di presentasikan pada hari terakhir.

Dengan pengalaman membuat buletin bayangan tersebut, di harapkan mereka tidak akan gagap ketika terjun langsung di suatu media. Mereka belajar tentang pembagian tugas keredaksian, proses penulisan isi buletin, kekreatifan membuat rubrik yang menarik, management redaksi, pengaturan dan efisiensi waktu, juga belajar untuk menyesuaikan diri dengan deadline. Saking semangatnya mereka dalam bersaing membuat buletin yang berkualitas, banyak yang masih menulis sampai jam setengah dua malam. Padahal saat itu sudah waktunya istirahat.

Masih tak puas dengan buletin sebanyak 24 halaman yang di targetkan oleh panitia. Di hari kedua, para peserta di ajak berkunjung langsung ke kantor redaksi Suara Merdeka untuk mengetahui langsung proses pembuatan, pencetakan berita yang sampai pada tangan pembaca. Mereka sangat antusias saat tour mengelilingi kantor redaksi sampai ke ruangan mesin pencetak koran yang besar. Setelah dari Suara Merdeka mereka bertukar pengalaman bersama para mahasiswa yang ikut redaksi Kompas Mahasiswa UNNES tentang prsoses pembuatan majalah. Mulai dari penentuan tema, permasalahan yang dihadapi saat membuat majalah, sampai suka-duka membuat majalah.

Untuk mengasah kemahiran peserta dalam mencari dan menulis berita. Mereka berkunjung ke Kuil Sam Poo Kong. Pemandangan yang sangat kompleks terlihat. Santri berpeci mewawancara orang-orang cina yang berkunjung dan sembahyang di bangunan kuil yang megah dan halaman yang luas. Alasan kenapa mereka berkunjung ke sana adalah karena Sam Poo Kong atau Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim yang justru diagungkan oleh orang yang beragama Hindu. Itulah hal yang peserta coba ketahui dan tulis. Hal ini mengundang perhatian pengurus Kuil Sam Poo Kong. Karena LDJ TBS adalah umat muslim terbesar yang pertama kali berkunjung ke sana. Sambutan hangat menjadi tak asing lagi antar sesama umat bergama. Peserta menjadi tahu  bahwa kuil Sam Poo Kong adalah simbol multikulturalisme dan kerukunan umat beragama. Dikarenakan umumnya kuil hanya terdiri dari warna merah dan kuning saja. Tapi di sana ada juga warna hijau khas Islam yang menghias sudut kuil dan juga ada sebuah bedug yang cukup besar di kuil utama. Sehingga perpaduan budaya cina dan Islam terbangun di kuil yang berdiri megah tersebut.

Semua yang didapatkan peserta selama mengikuti latihan ini akan berguna nanti saat mereka mulai mnulis dan bergabung di media. Khususnya buletin el-Insyaet dan majalah Ath-Thullab.

Mohammad Abdurrouf , X A MA NU TBS Kudus
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. el-Insyaet Online - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger | Thanks to Mas Templates and Cara Gampang