el-Insyaet Online - Menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan
adalah hal yang cukup sulit. Hampir semua orang ingin bisa menulis, tetapi
segelintir saja yang mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Setiap Siswa membutuhkan sarana untuk mengekspresikan serta
mengaktualisasikan dirinya sebagai jalan untuk menemukan jati diri. Salah satu
sarana yang dapat dijadikan media untuk aktualisasi diri adalah Buletin.
Media
informasi sekolah seperti mading, buletin dan majalah bukan hanya melatih
keterampilan membaca, melainkan juga keterampilan menulis. Keterampilan menulis
merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki para jurnalis. Berbagai bentuk
tulisan, seperti berita dan artikel harus dikuasai benar agar informasi yang
disajikan sesuai dengan fakta dan lebih komunikatif. Di sinilah pentingnya
sekolah membina kegiatan penerbitan tulisan dalam mading atau buletin sekolah.
Sebab, kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai aplikasi nyata dari
pembelajaran keterampilan berbahasa. Majalah dinding dapat diisi dengan
berbagai jenis tulisan sesuai kolom yang disediakan. Meskipun terbatas, tulisan
dalam mading dapat divariasikan dengan membuat berbagai kolom, seperti halnya
kolom surat kabar.Variasi penyajian tulisan akan lebih leluasa dalam buletin atau majalah sekolah. Misalnya, dari beberapa halaman buletin yang disediakan, kita dapat membagi-bagi menjadi beberapa kolom untuk diisi tulisan. Mulai dari berita seputar sekolah, laporan utama sesuai tema yang ditentukan, kolom iptek/wawasan, tokoh, opini, ruang curhat, tanya jawab, karikatur, puisi, cerpen, sampai anekdot.
Proses utama dalam jurnalistik adalah mencari bahan berita, mengolah berita, menyajikan berita, dan menyebarluaskan berita kepada publik. Menurut Doug Newson dan James Wollet, berita itu secara sederhana dapat diartikan sebagai "apa yang orang perlu tahu dan apa yang menarik bagi mereka". Sebagai media jurnalistik, manfaat mading, buletin atau majalah sekolah yang utama adalah sebagai media komunikasi.
Dengan adanya pers sekolah, informasi dapat disampaikan secara mudah untuk menambah wawasan pengetahuan para siswa. Selain itu, ada beberapa manfaat lain dari kehadiran pers sekolah. Pertama, pers di sekolah dapat dijadikan wadah kreativitas remaja. Biasanya usia remaja sedang dipenuhi gejolak batin yang menggebu. Sisi positifnya adalah dapat melahirkan ide-ide, pikiran, daya cipta, bahkan imajinasi yang mengiringi perkembangan jiwanya.
Kedua, menanamkan kebiasaan membaca. Mading, buletin atau majalah memiliki peran dalam menanamkan kebiasaan membaca para siswa. Para siswa yang terbiasa membaca mading atau buletin akan selalu menunggu edisi berikutnya. Mading, buletin atau majalah dapat menampilkan informasi baru berdasarkan kebutuhan dan permintaan siswa.
Ketiga, pengisi waktu luang siswa agar lebih bermanfaat. Misalnya dengan membaca atau merencakan desain mading, buletin atau majalah akan lebih bermanfaat.
Keempat, melatih kecerdasan berpikir. Membaca mading, buletin atau majalah akan membangkitkan gairah untuk mencari bahan lewat "umpan" yang disajikan dalam mading, buletin atau majalah.
Kelima, melatih berorganisasi karena untuk membuat mading, buletin atau majalah dibutuhkan satu kerja tim. Upaya mengenalkan jurnalistik di sekolah pada akhirnya menjadi suatu keharusan. Perkembangan media informasi saat ini merupakan bagian dari perkembangan jurnalistik secara global. Kehadiran pers sekolah pun diharapkan dapat menjawab tantangan berkaitan dengan rendahnya minat siswa untuk membaca dan menulis.
Menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan adalah hal yang cukup sulit. Hampir semua orang ingin bisa menulis, tetapi segelintir saja yang mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Hal ini terjadi karena kita memang tidak dibiasakan untuk menulis. Dalam sistem pendidikan kita pun. peserta didik tidak dibiasakan untuk menulis. Dalam setiap ujian misalnya, dengan alasan tertentu mereka hanya diberi pilihan ganda untuk menjawab pertanyaan. Jawaban-jawaban yang berbentuk essay memang ada, tetapi porsinya sangat minim. Dalam pembelajaran sehari-hari pun peserta didik sudah diberi buku lembar kerja siswa (LKS) yang membuat siswa tak perlu repot-repot menulis. Padahal, ketika guru menerangkan dan siswa mencatat apa yang diterangkan oleh guru, merupakan awal untuk belajar menulis. Wajar jika siswa mengalami kesulitan ketika diberi tugas untuk menuangkan ide, gagasan, atau imajinasinya dalam bentuk tulisan. Padahal. kemampuan menulis ini tentu sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa di masa depan. Dengan kondisi ini, perlu adanya pembelajaran ekstra bagi peserta didik agar mereka terbiasa menuangkan ide, gagasan, dan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Misalnya, memberikan pelajaran ekstra kurikuler untuk mengasah kemampuan menulis siswa. Agar kegiatan ekstra kurikuler ini diminati oleh siswa, tentu saja harus membuat sesuatu yang menjadi daya tarik bagi siswa. Daya tarik itu bisa dalam bentuk media sekolah, baik itu mading, buletin ataupun majalah sekolah.
Nailul Falah, XI Bahasa I MA NU TBS Kudus
Posting Komentar