Selamat datang di el-Insyaet Online

Dua Surya Yang Menghilang

Rabu, 22 Mei 20130 komentar


el-Insyaet Online - Gemericik tetesan hujan terus membasahi sepanjang jalan kota semarang. Sunyi dan sepi menyelimuti gemerlapnya kota penuh akan sejarah itu. Udara yang sangat dingin begitu menusuk tulang, meskipun rizal dan ulya berada di dalam mobil. Dengan honda city milik rizal, mereka menjenguk syifa yang tengah sakit di RSI Sultan Agung terboyo.

“syifa,,..”. suara lembut itu tak asing terdengar di telinga syifa. Ya, suara lembut itu berasal dari pita suara seorang wanita yang telah melahirkan dan merawatnya, yaitu tante feli. “syifa, bangun... itu ada rizal dan ulya”. Sedikit demi sedikit kedua mata syifa mulai terbuka. Senyum manis syifa tampak ketika melihat rizal berdiri di sampingnya. Senyuman itu seolah memberikan isyarat akan kesembuhannya. Tapi secara ilmu kedokteran, mustahil bagi syifa terlepas dari penyakit yang dideritanya sejak ia berumur 7 tahun. Air mata syifa matanya yang sangat indah dan gemilang. Air mata yang jernih diiringi dengan senyuman manis. “zal, maafkan aku, hidup aku tak lama lagi, kumohon lupakan aku dan bahagialah kamu dengan ulya”. Suara yang pelan tertutupi oleh alat bantu oksigen yang berada di wajah bagian bawahnya. “kau akan sembuh syifa...”. belum pernah syifa melihat rizal sesedih itu. Sebuah rangkaian kata yang menggetarkan hati ulya dan tante feli.

Satu minggu sudah syifa terbaring di RSI Sultan Agung Semarang. Akan tetapi, belum ada penurunan sedikitpun atas penyakit yang dideritanya. Mengingat hal itu, tante feli berencana akan membawa syifa ke sebuah rumah sakit internasional di Singapura, untuk menjalani operasi di sana.

Sebuah pesawat kecil menunggu syifa di bandara Ahmad Yani Semarang. Rizal dan
ulya ikut mengantar syifa sampai bandara. “cepat sembih ya...”. air mata rizal menetes ketika dia mencium kening syifa yang terbaring di sebuah kasur jalan. Syifa tersenyum, senyuman itu seakan menutupi kepucatan hatinya.

KESEDIHAN
Dua minggu sudah kepergian syifa ke singapura. =>woo-woo aaku, hanya ingin kau tau besarnya cintaku, tingginya hayalku bersamamu<= sebuah alunan musik milik repvblik yang tengah populer di saat itu berdering di handphone rizal. Sebuah mesagge dari tante feli telah terkirim pada handphone rizal. Tangan rizal bergetar membaca mesagge itu. “piyyaaar” suara hantaman handphone yang mengenai kaca jendela rumah rizal begitu keras. “syiiiifaaaaa!!!!” teriakan rizal begitu jelas menampakkan kesedihannya ketika dia mendapat kabar bahwa syifa telah menghembuskan nafas terakhirnya di negeri ikan berkepala singa itu.

SEBUAH PESAN
Satu bulan sudah kepergian syifa ke rahmatullah. Sedih yang sangat mendalam tak kunjung reda di benak hati rizal. Malam itu, malam yang sunyi, ulya tengah terbaring nyenyak dibawa lelapnya sebuah mimpi. “tok,tok,tok” suara ketukan pintu itu terdengar dari pintu kamar ulya. Ulya terbangun dari lelapnya. Ulya pun berjalan dengan mata sayup. Suara pintu itu terus berbunyi. “ulya...” sedikit demi sedikit pintu kamar ulya terbuka. “Ya Allah, syifa????”. Respon ulya tengah menatap syifa berpakaian serba putih tepat di hadapannya. “ulya, tolong bahagiakan rizal...” air mata ulya menetes melihat syifa yang tersenyum padanya. “Allahu Akbar....”. teriak ulya saat  terbangun dari mimpinya. Dia menengok pada sebuah jam dinding di kamarnya. Tepat menunjuk pukul 3 pagi.

KEBAHAGIAAN
Di pagi yang cerah, disebuah universitas ternama di Semarang. Ulya membawa buku-buku ilmu kedokteran. Dia berjalan menyusuri taman kampus. “ulya,,!!” suara rizal sambil mempercepat langkahnya. “ntar sepulang kuliah kita nonton yuk..”. ucap rizal. “emm,, boleh..”. balas ulya.

Honda city yang tengah dikendarai rizal melesat diatas jalanan yang sangat panas. Fatamorgana terlihat begitu jelas di depan mata. Tepat pukul 2 siang mereka sampai pada sebuah mall di pandanaran kota Semarang. “ulya, maukah kamu menjadi surya yang kedua, sebagai pengganti syifa...?”. rizal berkata sambil memandang wajah ulya dengan pandangan penuh harapan. “apakah ini arti dari semua mimpi tadi malam?”. Batin ulya dalam hati. “Ulya, jawab aku...” ulang Rizal menguatkan perkataannya. Ulya tersenyum dan memangguk-manggukkan kepala. Seolah mendapatkan berlian didasar laut. Rizal mendapatkan kebahagiaan yang membuat dia bisa melupakan syifa.

MENUJU KEJENJANG SELANJUTNYA
3 bulan berlalu, sebuah masa yang sangat indah untuk rizal dan ulya. Memang, belum cukup lama mereka saling mencintai, tapi tidak ada salahnya mereka melanjutkan kejenjang pernikahan. Tepat jam 8 malam acara peminangan itu terjadi di rumah ulya.  Sebuah acara yang membahagiakan untuk sepasang rizal dan ulya.

KESEDIHAN YANG TERULANG
Pernikahan rizal dan ulya kurang dua minggu lagi. Pagi yang amat panas, rizal dan ulya berangkat ke ungaran untuk memesan gaun penganti. Mobil rizal melsat kencang pada kecepatan 95 kw/h di jalan tol. Di sebuah pertigaan jalan terdapat truck yang tengah mogok di kiri jalan. “twiiiiiin.... braaaakkkkkcttt.....” kecelakaanpun tidak bisa terhindari.

Rizal mulai membuka matanya. Terlihat disana tante desy dan paman ilyas. Mereka adalah orang tua rizal. “ulya,,, ulya mana??”. Sementara rizal mengingat calon istrinya. Air mata yang tumpah mulai mengguyur wajah tante desy. Hal ini membuat rizal semakin di hantui kebingungan. “ma!! Jawab!!”. Rizal melampiaskan penasarannya pada tante desy. “ulya telah tiada nak...” rizal sangat terpukul atas jawaban ibunya. Air mata terus bercucuran pada pipi rizal. Dia hanya bisa meratapi kesedihan itu dan harus menerima apa yang dia alami.

Mahrus Hasan
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. el-Insyaet Online - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger | Thanks to Mas Templates and Cara Gampang